Selasa, 24 Januari 2017

Macam-macam Pelengkap Busana


BAHAN PELENGKAP BUSANA

Dalam pembuatan busana kita mengenal unsur dekoratif yaitu unsur yang menambah nilai keindahan dalam suatu produk busana. Selain itu juga ada unsur fungsional yaitu sesuatu yang memiliki fungsi dalam pembuatan maupun pemakaian busana. Tetapi ada beberapi bahan pelengkap busana yang memiliki kedua unsur tersebut. Tidak hanya memiliki nilai fungsi tetapi juga bisa dijadikan untuk menambh nilai seni dari busana. Macam-macam garnitur sebagai unsur dekoratif atau unsur fungsional, ataupun keduanya sebagaberikut:

Kancing

Pelengkap Busana Yang Memiliki Unsur Dekoratif Dan Unsur Fungsional Dalam Busana


Kancing pada suatu busana dikatakan pelengkap yang mutlak ada untuk memudahkan menggunakan maupun melepas busana. Fungsi kancing ada 2 yaitu kancing yang berfungsii sebagai penutup belahan dan sebagai hiasan pada busana antara lain:

Tutup Tarik (Retsluiting =  Belanda, Zipper=  Inggris)

Pelengkap Busana Yang Memiliki Unsur Dekoratif Dan Unsur Fungsional Dalam Busana

Tutup tarik atau sehelai kain/plastik/polyester yang dilegkapi gigi dan tarikan sehingga dapat dibuka dan ditutup. Fungsinya adalah sebagai penutup belahan dan sebagai hiasan.

Gasper (Kepala ban pinggang)

Pemakaian ban pinggang pada busana biasanya dilengkapi dengan gasper, dipasang pada salah satu ujung ban pinggang.
Fungsi dari gasper ada dua, yakni: sebagai penahan/penguat pemasangan ban pinggang dan sebagaii hiasan busana. Gasper merupakan aksesori busana yang dipergunakan untuk penutup/penguat maupun untuk dekorasi, bisa dipasangkan pada gantungan atau tab (lidah pengencang) pada ikat pinggang dan lainnya. Kancing-kancing bisa merupakan aksesori baik sebagai hiasan saja atau sebagai kegunaan (fungsional) atau   keduanya.

Pita Rekat (Nylon Tape Adhesif Tape = Inggris)

Pita rekat ini terdiri dari dua bagian, salah satu bagian berupa duri-duri agak kasar, sedangkan bagian lain berserabut. Menutup dengan cara merekat satu sama lain dan menarik bila akan membukanya. Fungsi pita rekat adalah: untuk menutup belahan, untuk memasang bantal bahu, dan untuk menguat ban pinggang, dan sebagainya. Jenis pita rekat ada dua, yakni: berupa pita yang dapat dibeli meteran sesuai kebutuhan lebar antar 1-3 cm, dan bentuk geometris (menyerupai kancing) yaitu bulat persegi dan segi tiga. Pemasangannya dengan bantuan jahitan balut dan perekat (lem) khusus.

Elastik

Elastik yang merupakan pelengkap pada pembuatan busana yang terbuat dari karet campuran. Fungsi elastik, yaitu: untuk memudahkan mengenakan dan menanggalkan suatu busana sebagai hiasan dan memberi bentuk tertentu dan kelonggaran pada busana.

Bantalan Bahu (Padding)

Bantalan bahu (padding) merupakan pelengkap pada pembuatan busana yang terbuat dari busa dan kapas.
Bantalan bahu (padding) berfungsi untuk memberikan/meninggikan bahu agar bentuknya lebih baik.
Pemilihan bantalan bahu disesuaikan dengan bentuk bahu orang yang dibuatkan pakaianBentuk bahu yang turun (curam) sebaiknya memilih bantalan bahan yang tebal agar bahu terlihat landai (bidang). Sedangkan bahu yang landai dapat memilih bantalan bahu yang tipis. Sebelum dipasangkan pada busana bantalan bahu yang terbuat dari busa harus dibungkus dangan kain tipis (bahan furing) sewarna dengan bahan busananya.

Kom/Mungkum

Kom merupakan pelengkap pada pembuatan busana yang terbuat dari busa angin, vieltdacron. Kom khusus dipasangkan pada bagian dada model busana streples.Fungsi kom yaitu untuk membentuk payudara yang kurang sempurna agar kelihatan berisi.

Balein

Balein merupakan pelengkap busana yang terbuat dari logam, plastik dan rotan yang ditipiskan berbentuk batang yang lentur. Fungsi balein yaitu sebagai bahan pengisi untuk membentuk dan menegakkan, sering dipasang pada sekeliling bagian bawah mungkum, di bagian sisi, di bagian kiri kanan dari batas pinggang ke atas dan ke bawah sampai batas panggul. Cara pemasangan balein dapat dijahit atau disisipkan.

Payet dan Manik-Manik

Pelengkap Busana Yang Memiliki Unsur Dekoratif Dan Unsur Fungsional Dalam Busana

Pemilihan dan pemasangan payet dan manik-manik dan sejenisnya terbatas pada busana tertentu. Kesan yang ditimbulkan hiasan adalah mewah (glamour) karena berkilau sehingga sesuai untuk busana pesta malam.Warna jenisnya tentu disesuaikan dengan jenis bahan busana. Payet dapat mudah diperoleh di toko-toko, berupa untaian yang dijual meteran atau ditimbang.
Macam-macam bentuk payet, yaitu: bulat pipih berlubang, persegi enam pipih berlubang, bentuk bunga, bentuk geometris. Umumnya terbuat dari logam, plastik dan nylon.
Manik-manik mulai dari ukuran terkecil sampai yang terbesar diameter antara 2 mm–2 cm terbuat dari plastik, logam, nylon, dan batu-batuan atau permata.

Benang

Pelengkap Busana Yang Memiliki Unsur Dekoratif Dan Unsur Fungsional Dalam Busana

Benang sangatlah penting dalam menjahit. Benang yang kita gunakan dalam menjahit juga berpengaruh pada produk busana yang kita buat. Benang yang kita gunakan harus sesuai dengan asal serat bahan yang kita gunakan
Ukuran dan pemakaian label benang berbeda-beda untuk setiap benang.
Jenis- jenis benang ini antara lain :
1) Polyester (Benang Polyster)
2) Cotton (Benang Katun)
3) Nylon (Benang Nilon)
4) Silk (Benang Sutra)
5) Elastic (Benang Elastik)
6) Stranded Cotton (Untaian Benang Katun) 



Sumber:http://www.kelasbusana.com/2016/01/pelengkap-busana-yang-memiliki-unsur.html





Selasa, 10 Januari 2017

sejarah masjid agung purworejo


Sejarah Masjid Agung Purworejo

Bedhug terbesar di Indonesia


Di sebelah barat alun-alun besar Kabupaten Purworejo, suatu ketika berdirilah masjid besar dan agung yang merupakan kebanggaan seluruh umat Islam Purworejo hingga kini. Masjid yang diberi nama Masjid Agung Kabupaten Purworejo ini menempati tanah wakaf seluas kurang lebih 70 x 80 m2 dengan ukuran 21 x 22 m2 ditambah gandok berukuran ± 10 x 21 m2. Menurut sejarah, setelah berakhirnya Perang Diponegoro (1825 – 1830), Pemerintah Hindia Belanda merasa perlu mengangkat pemimpin dari kalangan pribumi untuk memerintah wilayah Tanah Bagelen (Purworejo sekarang). Sebagai Bupati kemudian diangkat Kangjeng Raden Tumenggung Cokronegoro I dan jabatan pepatih (pembantu Bupati) dipercayakan kepada Raden Cokrojoyo. Pada masa pemerintahan Bupati Cokronegoro I ini mulai dibangun beberapa gedung (gedhung) terutama untuk memperlancar kegiatan-kegiatan pemerintahan. Di sebelah utara alum-alun didirikan Gedung Kabupaten beserta Pendhapa Agengnya untuk tempat bersidang. Gedhung yang terdiri dari dua buah bangunan ini disebut paseban, yaitu tempat para abdi Kabupaten, Lurah dan rakyat menungg panggilan menghadap ke Kabupaten. Beberapa saat kemudian atas perintah Bupati Cokro I dibangun pula Masjid Agung Kabupaten Purworejo untuk tempat ibadah. Masjid ini berdasarkan tulisan dalam Prasasti yang ditempelkan di atas pintu utamanya, selesai di bangun pada tahun Jawa 1762 atau tahun 1834 Masehi. Ada beberapa alasan mengapa letak bangunan masjid harus berada di kota Purworejo. Salah satu alasannya bahwa Kota Purworejo terletak di daerah yang dikelilingi oleh perbukitan, yiatu bukit Menoreh di sebelah timur, bukit Geger Menjangan di sebelah utara, dan Gunung Pupur di sebelah Barat. Alasan lainnya bahwa Kota Purworejo berada diantara dua aliran sungai, yaitu Kali Bogowonto dan Kali Jali dengan latar belakang Gunung Sumbing. Dalam ilmu kalang (Kawruh Kalang) yaitu ilmu kejawen yang mempelajari pengetahuan masalah perencanaan dan pembuatan bangunan jawa, letak tanah pada keadaan demikian disebut "Tanah Sungsang Buwana" atau "Kawula Katubing Kala". Orang-orang Tanah Bagelen ketika itu percaya bahwa apabila sebuah bangunan didirikan pada letak Tanah Sungsang Buwana, maka orang-orang yang mendiami atau menggunakannya akan disegani dan dicintai oleh banyak orang atau menjadi kepercayaan para pembesar. Setelah masjid dibangun lalu muncul ide baru dari Bupati Cokronegoro I untuk melengkapinya dengan sebuah Bedug yang harus dibuat istimewa sehingga menjadi tanda peringatan di kemudian hari. Keberadaan Bedug menurut Bupati Cokronegoro Ia sangat diperlukan adik sang Bupati yaitu Mas Tumenggung Prawironegoro Wedana Bragolan, disarankan agar bahan Bedug dibuat dari pangkal (bongkot) pohon Jati. Bahan baku dari pohon jati tadi sesungguhnya berasal dari Dukuh Pendowo, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo. Dari cerita lisan yang turun temurun, pohon-pohon jati yang terdapat di Dukuh Pendowo telah berusia ratusan tahun dengan ukuran besar-besar bahkan ada yang bercabang lima. Dalam ilmu kejawen, pohon-pohon jati besar bercabang lima yang disebut Pendowo mengandung sifat perkasa dan berwibawa. Pembuatan Bedug yang dikenal sebagai Bedug Kyai Bagelen (Bedug Pendhawa) ini diperkirakan dilakukan pada tahun jawa 1762 atau tahun 1834 masehi bersamaan dengan selesainya pendirian bangunan Masjid Agung. Cara pembuatan bedug ini dimulai dengan menghaluskan permukaan bongkot kayu jati, kemudian bagian tengahnya dilubangi hingga tembus dari ujung ke ujung (growong) dan dihaluskan kembali. Sebagai penutup bedug, mula-mula digunakan bahan dari kulit banteng. Akan tetapi, setelah 102 tahun kemudian (3 mei 1936) kulit bedug bagian belakang mengalami kerusakan sehingga diganti dengan kulit sapi ongale (benggala) dan sapi pemacek yang berasal dari Desa Winong, Kecamatan Kemiri Kabupaten Purworejo. Sedangkan di dalam Bedug Kyai Bagelen di pasang sebuah gong besar yang berfungsi untuk menambah getaran dan bunyi (anggreng). Ada persoalan baru ketika bedug selesai dibuat, yaitu persoalan pemindahan dari Dukuh Pendowo (Jenar) ke Kota Purworejo, seperti diketahui, jarak Pendowo - Purworejo cukup jauh yaitu sekitar 9 kilometer dengan kondisi jalan yang sangat sukar dilalui. Untuk mengatasi persoalan ini tentunya dibutuhkan seorang pemimpin yang mempunyai kelebihan, kebijaksanaan dan keberanian di dalam menjalankan tugas. Bupati Cokronegoro I atas usul adiknya Raden Tumenggung Prawironegoro mengangkat Kyai Haji Muhammad Irsyad yang menjabat sebagai Kaum (Lebai/Naib) di desa Solotiyang, Kecamatan Loano untuk mengepalai proyek pemindahan Bedug Kyai Bagelan. Atas kepemimpinan Bedug sang Kyai, saat itu oleh para pekerja diangkat secara beramai-ramai diiringi bunyi gamelan lengkap dengan penari tayub yang telah menanti di setiap pos perhentian. Akhirnya setelah melalui perjalanan yang jauh dan melelahkan, Bedug Kyai Bagelen tiba di Masjid Agung Kabupaten Purworejo. Kini, Bedug kyai Bagelen diletakkan di sebelah dalam serambi Masjid. Barang siapa ingin mendengar suaranya, datanglah pada saat Ashar, Maghrib, Isya, Subuh dan menjelang shalat Jum'at. Di samping itu, pada setiap saat menjelang sholat Sunat Idul Fitri dan Idul Adha, acara-acara atau peristiwa-peristiwa keagamaan Islam dan memperingati detik-detik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Bedug Kyai bagelen selalu ditabuh untuk memberi tanda dan penghormatan.
Data-data teknis Bedug kyai Bagelen:- Panjang rata-rata = 292 centimeter- Garis tengah bagian depan = 194 centimeter- Garis tengah bagian belakang = 180 centimeter- Keliling bagian depan = 601 centimeter- Keliling bagian belakang = 564 centimeter
Final Fantasy 7 Cloud Strife